Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mencatat 17 kasus keracunan pangan terkait program Makan Bergizi Gratis (MBG) di 10 provinsi Indonesia pada tahun 2025. Temuan ini mendorong Badan Gizi Nasional (BGN) untuk melakukan langkah-langkah korektif dan pencegahan guna mencegah kejadian serupa di masa mendatang.
Kepala BGN, Dadan Hindayana, menjelaskan berbagai upaya yang dilakukan untuk meningkatkan keamanan dan kualitas makanan MBG. Langkah-langkah ini meliputi peningkatan pengawasan di setiap tahapan proses, mulai dari pemilihan bahan baku hingga distribusi ke sekolah.
Pengetatan Prosedur Distribusi Makanan MBG
BGN telah menginstruksikan dapur MBG dan penyedia makanan untuk lebih selektif dalam memilih bahan baku berkualitas tinggi. Proses pemilihan bahan baku ini diperketat untuk meminimalisir risiko kontaminasi.
Selain itu, BGN juga menekankan pentingnya pemendekan waktu memasak dan distribusi makanan ke sekolah. Hal ini bertujuan untuk mengurangi risiko pertumbuhan bakteri dan menjaga kesegaran makanan.
Pengawasan juga diperketat pada proses pengantaran makanan dari Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) ke sekolah. BGN menetapkan batas waktu antara penerimaan makanan dan konsumsi untuk memastikan keamanan dan kualitas makanan tetap terjaga.
Mekanisme distribusi di sekolah juga menjadi perhatian. BGN akan mengawasi proses penyerahan makanan kepada siswa untuk memastikan distribusi yang tepat dan mencegah penyimpangan.
Pentingnya Uji Organoleptik dan Pelatihan Penjamah Makanan
Sebagai bagian dari upaya pencegahan, BGN mewajibkan uji organoleptik (uji tampilan, aroma, rasa, dan tekstur) pada semua makanan sebelum didistribusikan ke siswa. Uji ini bertujuan untuk memastikan keamanan dan kualitas makanan sebelum dikonsumsi.
BGN juga menekankan pentingnya pelatihan dan penyegaran secara rutin bagi petugas atau penjamah makanan. Pelatihan ini akan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka dalam menangani makanan secara higienis dan aman.
Kontaminasi Bahan Mentah sebagai Penyebab Utama Keracunan
Kepala BPOM, Taruna Ikrar, menjelaskan bahwa sebagian besar kasus keracunan MBG disebabkan oleh kontaminasi bahan mentah. Kontaminasi ini bisa terjadi pada berbagai tahap, mulai dari proses pengadaan hingga penyimpanan.
Selain kontaminasi bahan mentah, pertumbuhan bakteri akibat suhu penyimpanan yang tidak tepat juga menjadi faktor penyebab keracunan. BPOM menekankan pentingnya pengelolaan suhu yang tepat untuk mencegah pertumbuhan bakteri berbahaya.
Dari 17 kasus keracunan yang dilaporkan pada periode 6 Januari hingga 12 Mei 2025, BPOM telah mengidentifikasi 10 provinsi yang terdampak. Informasi ini menjadi dasar bagi BGN untuk meningkatkan pengawasan dan pencegahan keracunan MBG di seluruh Indonesia.
Langkah-langkah korektif dan preventif yang dilakukan BGN diharapkan dapat meminimalisir risiko keracunan pangan pada program MBG di masa mendatang. Komitmen terhadap keamanan pangan dan kualitas makanan merupakan kunci keberhasilan program ini dalam memberikan nutrisi yang optimal bagi siswa.
Dengan pengawasan yang ketat dan pelatihan yang berkelanjutan, diharapkan program MBG dapat berjalan lancar dan memberikan manfaat yang maksimal bagi kesehatan anak-anak Indonesia.