Hari Kebebasan Pers Sedunia selalu menjadi momentum penting untuk merenungkan peran pers dalam kehidupan berdemokrasi. Di Indonesia, sejarah mencatat banyak tokoh pers yang gigih memperjuangkan kebebasan berekspresi dan informasi, bahkan di tengah tekanan dan tantangan zaman.
Dari era kolonial hingga era reformasi, para tokoh ini telah memberikan kontribusi besar bagi perkembangan jurnalisme Indonesia. Mereka tidak hanya melaporkan berita, tetapi juga membentuk opini publik dan menjadi corong suara rakyat. Berikut lima tokoh pers legendaris Indonesia yang patut dikenang.
Raden Mas Tirto Adi Suryo: Bapak Pers Nasional
Raden Mas Tirto Adi Suryo, sering disebut sebagai Bapak Pers Nasional, adalah pionir jurnalisme Indonesia di masa penjajahan Belanda. Ia berperan penting dalam membangun kesadaran nasional melalui tulisan-tulisannya.
Tirto Adi Suryo mendirikan koran mingguan *Medan Prijaji* pada tahun 1907. Koran ini menjadi wadah penting bagi penyampaian aspirasi rakyat dan kritik terhadap pemerintah kolonial.
Kiprahnya diabadikan oleh sastrawan Pramoedya Ananta Toer dalam buku *Sang Pemula*, yang menggambarkan perjuangan Tirto Adi Suryo dalam membangun pers Indonesia.
SK Trimurti: Suara Perempuan dalam Dunia Jurnalistik
SK Trimurti adalah sosok perempuan yang berkontribusi signifikan dalam dunia pers Indonesia. Ia tercatat sebagai redaktur mingguan *Bedoeg* di Solo dan menerbitkan majalah *Marhaeni* pada tahun 1936.
Keberanian dan pemikirannya yang progresif tercermin dalam karya-karyanya. Ia juga pernah menjabat sebagai Menteri Perburuhan dalam Kabinet Amir Sjarifuddin.
SK Trimurti membuktikan bahwa perempuan dapat memainkan peran penting dan berpengaruh di dunia jurnalistik yang kala itu didominasi kaum laki-laki.
Mochtar Lubis: Sastrawan dan Jurnalis Sejati
Mochtar Lubis, selain dikenal sebagai sastrawan terkemuka, juga merupakan wartawan legendaris Indonesia. Ia pernah bekerja di Kantor Berita Antara di Yogyakarta pada tahun 1945-1952.
Pada tahun 1949, Mochtar Lubis mendirikan surat kabar *Harian Indonesia Raya* dan menjabat sebagai pemimpin redaksi. Ia konsisten menyuarakan kebenaran dan kritik sosial melalui tulisannya.
Karya-karyanya, baik sastra maupun jurnalistik, mencerminkan jiwa kritis dan komitmennya terhadap keadilan sosial.
Burhanuddin Mohammad Diah (BM Diah): Saksi Sejarah dan Tokoh Pers
Burhanuddin Mohammad Diah, atau BM Diah, adalah tokoh pers yang juga menjadi saksi sejarah perumusan naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di kediaman Laksamana Maeda.
Ia memulai karier jurnalistiknya sebagai redaktur di *Sinar Deli* Medan, kemudian berkarir di *Sin Po* dan menjadi pemimpin redaksi *Asia Raya*. BM Diah juga mendirikan *Harian Merdeka*.
BM Diah juga pernah menjabat sebagai Menteri Penerangan Republik Indonesia pada periode 1966-1968, menunjukkan pengaruhnya yang besar di ranah politik dan pemerintahan.
Rosihan Anwar: Seorang Jurnalis yang Berpengalaman Internasional
Rosihan Anwar merupakan tokoh pers yang memiliki pengalaman luas, baik di media lokal maupun internasional. Ia pernah bekerja di *Asia Raya* dan *Merdeka*.
Rosihan Anwar juga menjadi koresponden untuk berbagai media internasional, termasuk *Mingguan Asia* dan *The Straits Times*. Ia juga pendiri harian *Pedoman* dan Ketua Dewan Kehormatan PWI Pusat.
Pengalaman internasionalnya memperkaya wawasan jurnalistiknya dan membuatnya menjadi salah satu tokoh pers Indonesia yang sangat berpengaruh.
Kelima tokoh di atas hanyalah sebagian kecil dari banyak tokoh pers Indonesia yang telah berjuang untuk kebebasan pers. Dedikasi dan pengorbanan mereka patut menjadi inspirasi bagi generasi penerus dalam menjaga marwah dan integritas jurnalisme Indonesia.
Semoga semangat mereka dalam memperjuangkan kebenaran dan informasi yang akurat tetap hidup dan menginspirasi setiap insan pers di Indonesia untuk terus berkarya dengan profesionalisme dan tanggung jawab tinggi.