Ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China kembali memanas. Kementerian Perdagangan China, pada Jumat (2/5), menyatakan sedang mengevaluasi tawaran negosiasi tarif dari AS. Namun, Beijing menekankan syarat penting sebelum bersedia bernegosiasi.
China menegaskan AS harus menunjukkan itikad baik. Hal ini mencakup koreksi praktik yang dianggap salah dan pencabutan tarif sepihak yang telah diberlakukan.
Persyaratan China untuk Negosiasi Tarif
Menurut Kementerian Perdagangan China, dialog atau pembicaraan hanya akan berjalan jika AS mau mengoreksi kebijakan tarifnya yang dinilai keliru. Jika tidak, China menganggap AS tidak serius dan hal tersebut akan merusak kepercayaan di antara kedua negara.
Pernyataan tegas ini muncul sebagai respons atas tarif tinggi yang dijatuhkan AS terhadap produk-produk China. Pada April lalu, AS mengenakan tarif hingga 145% pada sejumlah produk China, sementara China membalas dengan tarif 125% pada impor dari AS.
Kementerian Perdagangan China secara blak-blakan menyatakan bahwa pendekatan AS yang dinilai hanya omong kosong atau menggunakan negosiasi sebagai alat pemaksaan, tidak akan berhasil.
Dampak Tarif dan Respon Global
Tarif yang diberlakukan AS telah menimbulkan dampak signifikan di pasar global. Aktivitas pabrik di China melambat pada April, meskipun ekspor meningkat lebih dari 12% pada Maret.
Presiden AS Donald Trump sebelumnya menyatakan China telah menghubungi AS terkait tarif dan optimis akan tercapainya kesepakatan. AS sendiri telah memberikan penangguhan sementara untuk tarif pada beberapa barang teknologi, seperti smartphone, semikonduktor, dan komputer.
Kebijakan tarif agresif Trump telah mendorong negara lain, termasuk China, Uni Eropa, dan negara-negara lain untuk mencari alternatif mitra dagang. China pun menjadi salah satu suara terkuat yang menentang kebijakan tarif AS.
Sebagai bentuk perlawanan, Kementerian Luar Negeri China bahkan sempat mengunggah video di media sosial yang menyatakan tekadnya untuk “tidak pernah berlutut!”
Harapan AS akan Perbaikan Hubungan
Di sisi lain, beberapa pejabat AS, termasuk Menteri Keuangan Scott Bessent dan penasihat ekonomi Gedung Putih Kevin Hassett, menyatakan harapan akan kemajuan dalam meredakan ketegangan perdagangan.
Bessent bahkan optimistis bahwa China menginginkan kesepakatan dan prosesnya akan bertahap. Langkah pertama adalah meredakan ketegangan, baru kemudian berfokus pada kesepakatan perdagangan yang lebih besar.
Meskipun terdapat optimisme dari pihak AS, pernyataan tegas China menunjukkan bahwa negosiasi tidak akan mudah. Keberhasilannya sangat bergantung pada kesediaan AS untuk memenuhi syarat yang diajukan oleh China.
Ke depan, perkembangan negosiasi tarif antara AS dan China akan terus menjadi perhatian dunia. Pasalnya, dampaknya akan terasa luas pada perekonomian global.
Situasi ini menekankan pentingnya komunikasi dan diplomasi yang konstruktif untuk menyelesaikan sengketa perdagangan. Solusi yang saling menguntungkan menjadi kunci untuk menciptakan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi global yang berkelanjutan.