Lima akademisi dari Institut Etnisitas dan Agama, Akademi Nasional Politik Ho Chi Minh, Vietnam, baru-baru ini mengunjungi Indonesia. Tujuan kunjungan mereka adalah untuk mempelajari pengalaman Indonesia dalam mengelola keberagaman, khususnya melalui Program Literasi Keagamaan Lintas Budaya (LKLB).
Indonesia dianggap sukses dalam membangun kohesi sosial dan kolaborasi antaragama, melibatkan guru dan pendidik dari seluruh penjuru negeri. Program LKLB sendiri diinisiasi oleh Institut Leimena dengan dukungan puluhan mitra dari lembaga pendidikan, keagamaan, dan pemerintah.
Studi Banding Pengelolaan Kemajemukan di Indonesia
Delegasi Vietnam, yang dipimpin Direktur Institut Etnisitas dan Agama Hoang Thi Lan, melakukan audiensi dengan Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI. Dalam pertemuan tersebut, Lan menjelaskan ketertarikan Vietnam terhadap model Indonesia dalam membangun kerukunan.
Vietnam, menurut Lan, memiliki tantangan serupa dengan Indonesia dalam hal keberagaman agama dan etnis. Mereka tengah berupaya meningkatkan perekonomian rakyat melalui kebijakan sosial dan ekonomi yang mempertimbangkan nilai-nilai budaya dan moral.
Delegasi diterima oleh Direktur Diplomasi Publik Kemlu RI, Ani Nigeriawati, dan Wakil Direktur Direktorat Kerja Sama Sosial Budaya ASEAN Kemlu RI, Monica Ari Wijayanti. Akademi Nasional Politik Ho Chi Minh, lembaga asal para akademisi, bertugas mendidik kader pemimpin dan politisi Vietnam.
Program LKLB sebagai Model Sukses
Hoang Thi Lan secara khusus memuji Program LKLB Institut Leimena sebagai model yang ingin dipelajari Vietnam. Mereka tertarik pada metode pendidikan yang mampu menghasilkan sumber daya manusia berkualitas guna mendukung pembangunan negara yang bersatu dan modern.
Ani Nigeriawati dari Kemlu RI menekankan pentingnya kerjasama antar negara dalam mempromosikan literasi keagamaan lintas budaya. Kemlu RI sendiri telah bekerja sama dengan Institut Leimena dalam Konferensi Internasional LKLB Juli 2024 yang dibuka Menlu Retno Marsudi.
Literasi keagamaan yang tepat, menurut Ani, sangat penting untuk menciptakan perdamaian dunia dan mempererat hubungan antar masyarakat, baik bilateral maupun global. Kemlu RI berjanji akan menindaklanjuti kunjungan ini melalui KBRI Hanoi dan KJRI Ho Chi Minh City.
Pertukaran Pengetahuan dan Pengalaman
Direktur Eksekutif Institut Leimena, Matius Ho, mengungkapkan kehormatan atas undangan untuk berbagi pengalaman program LKLB di Vietnam. Program ini telah menghasilkan lebih dari 9.000 alumni dari 37 provinsi di Indonesia.
Matius menjelaskan bahwa Vietnam, meskipun 70 persen penduduknya tidak menganut agama, sadar akan peran agama dalam masyarakat dan ingin belajar bagaimana agama dapat menjadi faktor pemersatu. Indonesia, dengan pengalaman mengelola keberagaman selama berabad-abad, menjadi contoh yang baik.
Selain audiensi di Kemlu RI, para akademisi Vietnam juga mengikuti workshop LKLB di Semarang bersama 41 guru alumni program tersebut. Mereka juga berdiskusi dengan berbagai pakar, termasuk mantan Menlu Alwi Shihab dan tokoh-tokoh berpengaruh lainnya.
Kunjungan ini menandai langkah penting dalam kerjasama Indonesia-Vietnam. Pertukaran pengetahuan dan pengalaman mengenai pengelolaan keberagaman diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi kedua negara.