Ketegangan di Jalur Gaza kembali meningkat. Hamas, kelompok yang menguasai wilayah tersebut, menyatakan penolakannya terhadap negosiasi gencatan senjata lebih lanjut dengan Israel. Pernyataan ini muncul di tengah operasi militer Israel yang meluas dan krisis kemanusiaan yang semakin parah di Gaza.
Pernyataan penolakan Hamas ini disampaikan menyusul rencana Israel untuk memperluas operasi militernya di Gaza, yang menurut pejabat Tel Aviv akan mencakup “penaklukan” wilayah tersebut. Kondisi kemanusiaan di Gaza semakin memprihatinkan, dengan hampir seluruh penduduknya mengungsi dan menghadapi kelangkaan makanan dan air bersih.
Hamas Tolak Negosiasi Gencatan Senjata
Seorang pejabat senior Hamas, Basem Naim, menegaskan bahwa perundingan gencatan senjata tidak lagi relevan selama “perang kelaparan dan perang pemusnahan” berlanjut di Gaza. Ia mendesak komunitas internasional untuk menekan Israel agar menghentikan tindakan yang dinilai sebagai kejahatan kemanusiaan.
Naim, yang juga mantan Menteri Kesehatan Gaza, menyebut tindakan Israel sebagai “kejahatan kelaparan, kehausan, dan pembunuhan.” Pernyataan ini disampaikan sehari setelah militer Israel mengumumkan rencana untuk memperluas operasi militernya di Jalur Gaza.
Operasi Militer Israel yang Meluas di Gaza
Pemerintah Israel telah menyetujui rencana militer untuk memperluas operasi di Jalur Gaza. Rencana ini, menurut pejabat Tel Aviv, mencakup penaklukan dan penguasasan wilayah Gaza.
Langkah ini menimbulkan kecaman internasional, termasuk dari Menteri Luar Negeri Prancis, Jean-Noel Barrot, yang menyebut rencana tersebut “tidak dapat diterima” dan merupakan pelanggaran hukum kemanusiaan. Situasi ini semakin memperburuk krisis kemanusiaan yang sudah berlangsung di Gaza.
Blokade total Israel terhadap Gaza sejak Maret 2026 telah menyebabkan kelangkaan bahan makanan dan kebutuhan pokok lainnya. Serangan militer Israel yang kembali dilancarkan pada Maret 2026, setelah gencatan senjata dua bulan, semakin memperparah kondisi tersebut.
Krisis Kemanusiaan dan Kecaman Internasional
Kondisi di Gaza semakin memprihatinkan. Hampir seluruh penduduk Gaza telah mengungsi, sebagian besar telah mengungsi berulang kali sejak dimulainya perang pada Oktober 2023. Akses ke air bersih, makanan, dan perawatan medis sangat terbatas.
Kecaman internasional terhadap tindakan Israel terus berdatangan. Selain Prancis, banyak negara lain juga mengecam operasi militer Israel yang dianggap melanggar hukum humaniter internasional dan memperburuk penderitaan warga sipil di Gaza. Tekanan internasional untuk menghentikan konflik dan membuka akses bantuan kemanusiaan semakin meningkat.
Krisis kemanusiaan di Gaza membutuhkan respons segera dan terkoordinasi dari komunitas internasional. Bantuan kemanusiaan harus segera disalurkan dan akses ke Gaza harus dibuka untuk memastikan keselamatan dan kesejahteraan warga sipil.
Keengganan Hamas untuk bernegosiasi gencatan senjata saat ini mencerminkan keparahan situasi dan rendahnya kepercayaan terhadap komitmen Israel untuk menghentikan kekerasan dan mengakhiri penderitaan warga Gaza. Masa depan Jalur Gaza dan penduduknya masih diliputi ketidakpastian yang besar.
Pernyataan keras dari Hamas dan kecaman internasional yang meningkat menunjukkan bahwa situasi di Gaza membutuhkan penyelesaian politik yang mendesak dan adil, yang melibatkan semua pihak yang berkepentingan untuk memastikan keselamatan dan kesejahteraan penduduk Gaza.