Pasar mobil bekas di Indonesia diramaikan oleh kehadiran mobil listrik baru produksi tahun 2024. Fenomena ini cukup menarik perhatian karena beberapa model menunjukkan depresiasi harga yang signifikan dalam waktu singkat, bahkan melebihi 40% dalam setahun. Data yang dikumpulkan dari berbagai sumber menunjukkan tren penurunan nilai jual kembali ini.
Penelitian ini menganalisis tujuh model mobil listrik populer dari berbagai merek, termasuk Wuling, BYD, Chery, dan Hyundai. Harga baru yang digunakan sebagai acuan adalah harga On The Road (OTR) Jakarta tahun 2024 yang diambil dari situs resmi masing-masing produsen. Sementara harga bekas diambil dari rata-rata harga yang tercantum di beberapa situs jual beli mobil online.
Hasil analisis menunjukkan depresiasi rata-rata mobil listrik selama satu tahun pemakaian mencapai sekitar 27 persen. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan depresiasi mobil bermesin bakar pada umumnya dalam kurun waktu yang sama. Beberapa faktor diperkirakan menjadi penyebabnya.
Faktor Penyebab Depresiasi Tinggi Mobil Listrik
Beberapa faktor yang berkontribusi terhadap depresiasi tinggi mobil listrik di Indonesia meliputi kecepatan peluncuran model baru yang cukup cepat. Hal ini membuat model-model lama menjadi kurang diminati di pasar bekas. Selain itu, persepsi pasar terhadap mobil listrik masih terus berkembang. Ketidakpastian harga baterai dan teknologi yang terus berkembang juga menjadi faktor yang perlu dipertimbangkan.
Kurangnya insentif bagi pembeli mobil listrik bekas juga bisa menjadi penyebabnya. Pemerintah belum mengeluarkan kebijakan khusus yang mendukung penjualan mobil listrik bekas, berbeda dengan kebijakan untuk pembelian mobil listrik baru. Perlu diingat juga bahwa harga perawatan mobil listrik juga bisa menjadi pertimbangan konsumen.
Rincian Depresiasi Tujuh Model Mobil Listrik
Berikut rincian depresiasi tujuh model mobil listrik yang diteliti, berdasarkan harga baru dan rata-rata harga bekas pada tahun 2025:
- DFSK Seres E1 L-Type: Harga baru Rp219 juta, rata-rata harga bekas Rp130 juta. Depresiasi: Rp89 juta atau 40,64 persen.
- Wuling Air EV Standard Range: Harga baru Rp243 juta, rata-rata harga bekas Rp145 juta. Depresiasi: Rp98 juta atau 40,33 persen.
- Neta V: Harga baru Rp299 juta, rata-rata harga bekas Rp190 juta. Depresiasi: Rp109 juta atau 36,45 persen.
- Hyundai Ioniq 5 Signature Long Range: Harga baru Rp816 juta, rata-rata harga bekas Rp565 juta. Depresiasi: Rp251 juta atau 30,76 persen.
- BYD M6 Superior 7 Seater: Harga baru Rp419 juta, rata-rata harga bekas Rp370 juta. Depresiasi: Rp49 juta atau 11,7 persen.
- GAC Aion Y Plus Exclusive: Harga baru Rp419 juta, rata-rata harga bekas Rp379 juta. Depresiasi: Rp40 juta atau 9,55 persen.
- Chery J6 AWD: Harga baru Rp558 juta, rata-rata harga bekas Rp520 juta. Depresiasi: Rp38 juta atau 6,81 persen.
Perbedaan depresiasi antar model cukup signifikan, menunjukkan bahwa faktor selain merek juga berperan, seperti fitur, teknologi, dan kapasitas baterai. Model-model dengan harga yang lebih tinggi cenderung mengalami depresiasi yang lebih rendah, tetapi tetap mengalami penurunan nilai yang cukup besar.
Implikasi bagi Konsumen
Data ini menunjukkan bahwa konsumen perlu mempertimbangkan aspek nilai jual kembali dengan cermat saat membeli mobil listrik. Depresiasi yang tinggi dalam waktu singkat bisa menjadi kerugian finansial yang signifikan. Konsumen disarankan untuk melakukan riset pasar yang mendalam dan mempertimbangkan berbagai faktor sebelum melakukan pembelian.
Penting bagi calon pembeli untuk memahami bahwa harga jual kembali suatu kendaraan dipengaruhi banyak faktor. Oleh karena itu, memperhatikan tren pasar dan kondisi kendaraan sebelum melakukan pembelian adalah langkah bijak untuk meminimalkan risiko kerugian finansial di masa depan. Konsultasi dengan ahli otomotif juga bisa menjadi pilihan yang tepat.
Kesimpulannya, pasar mobil listrik bekas di Indonesia masih relatif baru dan dinamis. Depresiasi tinggi yang terjadi saat ini menjadi pertimbangan penting bagi konsumen yang berencana membeli mobil listrik. Riset dan perencanaan yang matang sangat diperlukan untuk meminimalisir risiko kerugian finansial.