Pasar mobil bekas di Indonesia kini diramaikan dengan kehadiran sejumlah mobil listrik produksi tahun 2024. Fenomena ini cukup menarik perhatian, mengingat beberapa model mengalami depresiasi harga yang signifikan dalam waktu singkat, bahkan lebih dari 40 persen hanya dalam setahun. Data yang dikumpulkan dari berbagai sumber menunjukkan tren penurunan nilai jual kembali ini.
Berdasarkan data harga dari tujuh model mobil listrik populer, termasuk Wuling, BYD, Chery, dan Hyundai, terungkap bahwa depresiasi rata-rata mobil listrik selama setahun pemakaian mencapai sekitar 27 persen. Angka ini cukup mengejutkan dan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan beberapa model mobil bermesin bakar sekelasnya.
Sebagai contoh, Wuling Air EV Standard Range yang diluncurkan dengan harga Rp243 juta pada tahun 2024, kini dijual kembali dengan harga rata-rata Rp145 juta. Ini berarti mengalami depresiasi sekitar Rp98 juta atau 40,33 persen. Kondisi serupa juga dialami DFSK Seres E1 L-Type, dengan penurunan harga sekitar 40,64 persen.
Sementara itu, mobil listrik premium seperti Hyundai Ioniq 5 Signature Long Range menunjukkan depresiasi yang relatif lebih kecil, yakni sekitar 30,76 persen. Meskipun penurunannya lebih rendah, namun tetap signifikan mengingat rentang waktu yang hanya setahun.
Rincian Depresiasi Tujuh Model Mobil Listrik
Berikut rincian lebih detail mengenai depresiasi tujuh model mobil listrik yang diamati:
- DFSK Seres E1 L-Type: Harga baru Rp219 juta, harga bekas rata-rata Rp130 juta, depresiasi Rp89 juta (40,64%).
- Wuling Air EV Standard Range: Harga baru Rp243 juta, harga bekas rata-rata Rp145 juta, depresiasi Rp98 juta (40,33%).
- Neta V: Harga baru Rp299 juta, harga bekas rata-rata Rp190 juta, depresiasi Rp109 juta (36,45%).
- Hyundai Ioniq 5 Signature Long Range: Harga baru Rp816 juta, harga bekas rata-rata Rp565 juta, depresiasi Rp251 juta (30,76%).
- BYD M6 Superior 7 Seater: Harga baru Rp419 juta, harga bekas rata-rata Rp370 juta, depresiasi Rp49 juta (11,7%).
- GAC Aion Y Plus Exclusive: Harga baru Rp419 juta, harga bekas rata-rata Rp379 juta, depresiasi Rp40 juta (9,55%).
- Chery J6 AWD: Harga baru Rp558 juta, harga bekas rata-rata Rp520 juta, depresiasi Rp38 juta (6,81%).
Perlu dicatat bahwa harga bekas yang tercantum di atas merupakan rata-rata dari beberapa situs jual beli mobil online dan bukan harga pasti. Harga sebenarnya dapat bervariasi tergantung kondisi mobil, jarak tempuh, dan lokasi penjual.
Faktor Penyebab Depresiasi Tinggi
Tingginya angka depresiasi mobil listrik dalam waktu singkat ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah kecepatan peluncuran model-model baru yang semakin cepat, sehingga model lama lebih cepat kehilangan daya tariknya di pasaran.
Faktor lain yang perlu dipertimbangkan adalah persepsi pasar terhadap mobil listrik itu sendiri. Mungkin saja masih ada keraguan dari sebagian konsumen terkait teknologi, infrastruktur pengisian daya, dan biaya perawatan jangka panjang.
Kurangnya insentif bagi pembeli mobil listrik bekas juga dapat berkontribusi pada penurunan harga. Dengan demikian, harga jual kembali menjadi kurang menarik dibandingkan dengan mobil bermesin bakar.
Kesimpulannya, tingkat depresiasi yang tinggi pada mobil listrik di Indonesia perlu menjadi pertimbangan serius bagi calon pembeli. Sebelum memutuskan untuk membeli mobil listrik, sebaiknya mempertimbangkan aspek nilai jual kembali dan memperhitungkan potensi penurunan harga dalam jangka waktu tertentu.
Data ini juga menunjukkan perlunya strategi yang lebih komprehensif untuk mendorong pasar mobil listrik di Indonesia, termasuk penyediaan infrastruktur pendukung yang memadai, serta insentif yang lebih menarik baik untuk pembelian baru maupun bekas.
