Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump secara mengejutkan mengumumkan pencabutan sanksi terhadap Suriah. Keputusan ini disambut gembira oleh pemerintah Suriah yang baru, sementara Israel justru menyatakan kekecewaan. Pengumuman tersebut disampaikan Trump saat berpidato di Forum Investasi Saudi di Riyadh, setelah berdiskusi dengan Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Langkah ini menandai babak baru dalam hubungan AS-Suriah setelah bertahun-tahun konflik dan sanksi.
Pencabutan sanksi, menurut Trump, merupakan langkah awal untuk memulihkan hubungan normal antara AS dan Suriah. Ia berharap pemerintahan baru Suriah dapat membawa stabilitas di negara tersebut. Keputusan ini memicu beragam reaksi dari berbagai pihak, baik yang mendukung maupun yang menentangnya.
Suriah Memuji Keputusan Trump
Presiden interim Suriah, Ahmed al-Sharaa, memberikan pujian atas keputusan Trump. Ia menyebut langkah tersebut sebagai keputusan “bersejarah dan berani” yang akan meringankan penderitaan rakyat Suriah. Al-Sharaa juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Putra Mahkota Saudi dan Presiden Turki atas peran mereka dalam memfasilitasi pertemuan dengan Trump. Pertemuan tersebut menandai pertemuan pertama antara pemimpin AS dan Suriah dalam seperempat abad terakhir.
Al-Sharaa menekankan bahwa pencabutan sanksi akan membantu pembangunan kembali Suriah. Ia optimistis bahwa Suriah akan bangkit kembali dari konflik yang berkepanjangan. Perang saudara yang telah melanda Suriah sejak 2011 telah menewaskan ratusan ribu orang dan menyebabkan jutaan pengungsi. Sanksi-sanksi AS selama ini dianggap sebagai salah satu faktor yang memperparah penderitaan rakyat Suriah.
Israel Kecewa atas Pencabutan Sanksi
Di sisi lain, Israel menyatakan kekecewaan atas keputusan Trump. Meskipun pemerintah Israel belum mengeluarkan pernyataan resmi, kabarnya Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah meminta Trump untuk tidak mencabut sanksi saat kunjungannya ke Washington beberapa waktu lalu. Kekecewaan Israel terkait keputusan ini dipicu oleh kekhawatiran terhadap stabilitas regional dan posisi negara tersebut dalam hubungan dengan AS.
Keputusan Trump untuk mengabaikan permintaan Israel dipandang sebagai prioritas AS terhadap kesepakatan bisnis dengan negara-negara Teluk. Ketegangan antara Israel dan beberapa negara di kawasan, termasuk Iran dan kelompok-kelompok yang didukung Iran, turut menambah kekhawatiran Israel. Pemerintah Israel tampak menahan diri dalam memberikan komentar publik yang keras terhadap keputusan AS ini.
Pertemuan dan Dampak Lebih Lanjut
Pertemuan Trump dengan Al-Sharaa di Riyadh juga membahas normalisasi hubungan AS-Suriah. Pertemuan ini dihadiri pula oleh Putra Mahkota Saudi dan Presiden Turki secara virtual. Trump mengatakan bahwa AS tengah menjajaki langkah-langkah untuk menormalisasi hubungan dengan Suriah.
Namun, Trump tidak memberikan indikasi apakah AS akan menghapus Suriah dari daftar negara sponsor terorisme. Hal ini masih menjadi pertanyaan besar, mengingat penetapan tersebut sejak tahun 1979 telah sangat menghambat investasi di Suriah. Pencabutan sanksi memang membuka jalan bagi kerjasama ekonomi, namun status negara sponsor terorisme masih menjadi penghalang utama.
Pencabutan sanksi terhadap Suriah oleh Trump merupakan langkah yang kontroversial dan berdampak luas pada dinamika politik Timur Tengah. Langkah ini akan membawa konsekuensi yang kompleks dan perlu dipantau perkembangannya lebih lanjut. Baik dampak positif maupun negatifnya akan terasa di berbagai sektor, mulai dari ekonomi hingga keamanan regional. Waktu akan membuktikan apakah keputusan ini akan benar-benar membawa perdamaian dan stabilitas bagi Suriah.