Serangan teroris mematikan di Pahalgam, Jammu dan Kashmir, telah mengguncang wilayah tersebut. Insiden yang menewaskan 26 wisatawan ini merupakan serangan paling brutal dalam dua dekade terakhir.
Kelompok Front Perlawanan (TRF), yang kurang dikenal, mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut. Kejadian ini memicu reaksi keras dari India.
India merespon dengan mencabut perjanjian pembagian air dengan Pakistan, menutup perbatasan utama, dan membatalkan visa warga negara Pakistan. Hal ini semakin memperkeruh hubungan kedua negara.
Pakistan membantah keterlibatannya dan membalas dengan langkah serupa, membatalkan visa warga India dan menutup wilayah udaranya untuk pesawat India. Tensi di antara kedua negara meningkat tajam.
Kelompok-kelompok Militan di Kashmir
Serangan Pahalgam menyoroti kompleksitas jaringan kelompok militan yang beroperasi di Kashmir. Meskipun banyak kelompok ini secara resmi dilarang di Pakistan, India menuduh Islamabad memberi dukungan intelijen.
Berbagai kelompok militan, beberapa berganti nama, yang lain terpecah, memiliki tujuan utama yang sama: menantang kendali India atas Kashmir, dan seringkali, menggabungkan wilayah tersebut dengan Pakistan. Beberapa kelompok pernah beraliansi dengan Taliban dan Al-Qaeda.
Dinamika kelompok-kelompok ini sangat fluktuatif. Perubahan kesetiaan dan pertukaran pejuang membuat pemberontakan sulit dilacak dan dihentikan.
Profil Kelompok-kelompok Militan Utama
Beberapa kelompok militan utama yang aktif di Jammu dan Kashmir memiliki sejarah, ideologi, dan metode operasi yang berbeda.
Front Perlawanan (TRF)
TRF muncul pada 2019 setelah India mencabut Pasal 370. Kelompok ini menggunakan nama samaran “Perlawanan Kashmir” di media online.
Meskipun mengklaim sebagai gerakan sekuler, India menyebut TRF sebagai cabang Lashkar-e-Taiba (LeT) dan telah menetapkannya sebagai organisasi teroris. India menuduh TRF memanfaatkan jaringan dan sumber daya LeT.
Lashkar-e-Taiba (LeT)
LeT, didirikan pada 1990, adalah salah satu kelompok militan Islamis paling terkenal di Kashmir. Kelompok ini telah ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh berbagai negara dan PBB.
Meskipun dilarang di Pakistan pada 2002, LeT tetap aktif. India seringkali menuding LeT bertanggung jawab atas serangan bersenjata besar, termasuk serangan Mumbai 2008.
Hizbul Mujahidin (HM)
HM, didirikan pada 1989, dulunya merupakan kelompok militan paling dominan. Namun, pengaruhnya telah melemah setelah kematian beberapa komandan utamanya.
Kelompok ini sebelumnya memiliki hubungan kuat dengan Jamaat-e-Islami Pakistan.
Jaish-e-Mohammed (JeM)
JeM, didirikan pada 2000 oleh Masood Azhar, adalah kelompok Sunni yang berbasis di Pakistan. JeM telah melakukan beberapa serangan besar, termasuk pengeboman Pulwama 2019.
Kelompok ini ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh banyak negara, dan memiliki hubungan operasional dengan LeT, Taliban, dan Al-Qaeda.
Al Badr
Al Badr, kelompok sempalan Hizbul Mujahideen, dikenal karena pejuangnya yang berpengalaman. Kelompok ini memiliki hubungan dengan jaringan jihad transnasional.
Laporan-laporan bentrokan dengan pasukan India sulit diverifikasi secara independen.
Ansar Ghazwat-ul-Hind (AGH)
AGH, didirikan pada 2017, mewakili kehadiran Al-Qaeda di konflik Kashmir. Kelompok ini berkomitmen pada pendirian negara Islam di Kashmir.
AGH menolak tujuan nasionalis demi tujuan Islamis global.
Konflik di Kashmir tetap kompleks dan melibatkan berbagai aktor. Pemahaman tentang kelompok-kelompok militan yang terlibat sangat penting untuk memahami dinamika konflik yang berkelanjutan ini.
Ketegangan antara India dan Pakistan terus meningkat seiring dengan aktivitas kelompok-kelompok militan. Masa depan perdamaian di wilayah tersebut masih belum pasti.