Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikbud), Abdul Mu’ti, kembali mencuri perhatian publik karena kebiasaan sederhana namun menginspirasi: menggunakan transportasi umum. Kali ini, beliau tertangkap kamera tengah berada di dalam kereta MRT Jakarta, berbaur dengan penumpang lainnya tanpa pengawalan khusus.
Foto dan video yang beredar di media sosial, salah satunya diunggah oleh akun Instagram @azaki.khoirudin, memperlihatkan Menteri Mu’ti berdiri bersama penumpang lain di dalam gerbong MRT. Unggahan tersebut mendapat apresiasi positif dari warganet, yang memuji kesederhanaan dan keteladanan beliau.
“Kebiasaan yang tidak hilang dari Prof Abdul Mu’ti adalah naik transportasi umum,” tulis akun @azaki.khoirudin. Hal ini menunjukkan komitmen beliau untuk tidak hanya memimpin dari balik meja, tetapi juga berinteraksi langsung dengan masyarakat.
Menteri Mu’ti, yang kini berusia 57 tahun, terlihat berdesak-desakan dengan penumpang lainnya. Yang menarik, banyak penumpang di sekitarnya tampak tidak menyadari bahwa mereka berada di dekat seorang menteri.
Kedekatannya dengan transportasi umum bukan hal baru bagi Menteri Mu’ti. Beliau mengaku telah lama terbiasa menggunakan angkutan umum, dan sejak kehadiran MRT, beliau lebih sering memanfaatkan moda transportasi modern ini. Bahkan, beliau mengungkapkan bahwa petugas MRT sudah mengenal dirinya.
“Saya sudah biasa naik angkutan umum. Mungkin petugasnya sampai kenal saya,” ujar Menteri Mu’ti, seperti dikutip dari laman resmi Mendikbud. Pernyataan ini menunjukkan betapa beliau telah membaur dengan kehidupan masyarakat sehari-hari.
Keteladanan dan Usulan Penggunaan Transportasi Umum oleh Pejabat
Tindakan Menteri Mu’ti ini selaras dengan usulan dari Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) agar pejabat di Jakarta menggunakan transportasi umum. MTI mencontohkan praktik serupa di Swedia, di mana para petinggi negara secara rutin menggunakan transportasi massal.
Wakil Ketua Pemberdayaan dan Pengembangan Wilayah MTI, Djoko Setijowarno, menjelaskan alasan di balik usulan tersebut. Menurutnya, penggunaan kendaraan dinas dengan pengawalan polisi menyebabkan kemacetan dan stres bagi pengguna jalan lain.
“Perhitungkan, sekarang setiap hari lebih dari 100-an kendaraan harus dikawal polisi menuju tempat beraktivitas, jalan-jalan di Jakarta akan semakin macet dan membikin pengguna jalan menjadi stress dengan bunyi-bunyian sirene kendaraan patwal,” ungkap Djoko Setijowarno.
Djoko berharap, para pejabat dapat menjadi contoh bagi masyarakat dalam penggunaan transportasi publik. Jakarta, sebagai kota metropolitan, memiliki sistem transportasi umum yang terintegrasi dan memadai. Penggunaan transportasi umum oleh pejabat dapat mengurangi kemacetan dan polusi.
“Artinya, ketersediaan layanan angkutan umum di Jakarta sudah sedemikian merata tidak jauh berbeda dengan kota dunia lainnya yang masyarakat dan pejabat sudah terbiasa menggunakan angkutan umum. Angkutan umum yang tersedia di Jakarta sudah beragam, seperti ojek, bajaj, mikrolet, bus, KRL, LRT hingga MRT,” tambahnya.
Djoko menambahkan bahwa penggunaan kendaraan khusus bagi pimpinan negara sebaiknya dibatasi hanya untuk Presiden dan Wakil Presiden. Hal ini untuk mengurangi konvoi kendaraan yang kerap menimbulkan kemacetan.
“Untuk kendaraan pimpinan Lembaga Negara Republik Indonesia dikhususkan cukup bagi presiden dan wakil presiden,” tegas Djoko.
Dampak Positif Penggunaan Transportasi Umum oleh Pejabat
Kebiasaan Menteri Mu’ti menggunakan transportasi umum bukan hanya sekadar tindakan sederhana, tetapi juga memiliki dampak positif yang luas. Hal ini dapat menginspirasi pejabat lain untuk mengikuti jejaknya, dan pada akhirnya dapat mengurangi kemacetan di kota-kota besar.
Selain itu, tindakan ini juga menunjukkan kesetaraan dan keakraban antara pejabat dan masyarakat. Menteri Mu’ti tidak terkesan terpisah dari rakyat, melainkan berbaur dan merasakan kenyamanan dan tantangan transportasi publik seperti warga biasa.
Lebih lanjut, aksi ini bisa menjadi kampanye yang efektif untuk meningkatkan penggunaan transportasi umum. Dengan melihat pejabat publik menggunakan transportasi umum, masyarakat akan lebih termotivasi untuk beralih ke transportasi publik.
Sebagai penutup, aksi sederhana Menteri Mu’ti ini layak diacungi jempol. Hal ini menunjukkan keteladanan yang penting bagi pejabat lainnya dan berdampak positif bagi kota Jakarta.