Stigma negatif terhadap perempuan sebagai pengendara kendaraan bermotor masih sering ditemukan di jalan raya. Salah satu contohnya adalah anggapan bahwa perempuan sering salah menggunakan lampu sein, melakukan manuver mendadak, atau kurang terampil dalam berkendara.
Fenomena ini kerap dikaitkan dengan kurangnya pelatihan berkendara yang memadai bagi perempuan. Banyak perempuan yang hanya memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM) tanpa memahami teknik berkendara yang aman dan benar. Akibatnya, terjadilah berbagai insiden di jalan raya yang memperkuat stigma tersebut.
Kurangnya Pelatihan Berkendara yang Tepat
Digit Megandari, Trainer Safety & Defensive Riding by IAABL, menjelaskan bahwa kebanyakan perempuan kurang memahami teknik dasar berkendara, seperti posisi berkendara yang benar, teknik menikung, menyalip, dan penggunaan lampu sein yang tepat.
Ia menekankan pentingnya pelatihan berkendara yang memperhatikan aspek keselamatan. Pelatihan ini tak hanya mengajarkan cara mengoperasikan kendaraan, tetapi juga membangun kesadaran akan antisipasi risiko di jalan raya.
Hal ini penting karena berkendara bukan sekadar menguasai pedal gas dan rem, melainkan juga melibatkan kemampuan pengambilan keputusan cepat dan tepat dalam berbagai situasi di jalan.
Teknik Berkendara yang Aman
Digit memberikan contoh pentingnya teknik menyalip yang benar. Sebelum menyalip, pengendara harus memastikan keamanan dengan memberikan sinyal lampu sein tiga detik sebelumnya, memperhatikan kondisi lalu lintas, dan memastikan ruang yang cukup untuk manuver.
Selain itu, pengendara juga harus mampu memprediksi pergerakan kendaraan lain dan memiliki kemampuan antisipasi terhadap situasi darurat. Semua ini membutuhkan latihan dan pemahaman yang mendalam.
Tidak hanya teknik menyalip, teknik berkendara lainnya seperti berbelok, berhenti, dan mempertahankan jarak aman juga sama pentingnya dan memerlukan latihan yang terstruktur.
Membangun Kesadaran Keselamatan Berkendara
Stigma negatif terhadap perempuan sebagai pengendara dapat dihilangkan dengan meningkatkan akses kepada pelatihan berkendara yang berkualitas. Pelatihan ini harus dirancang secara khusus untuk memenuhi kebutuhan dan karakteristik pengendara wanita.
Selain pelatihan formal, upaya lain yang dapat dilakukan adalah kampanye kesadaran keselamatan berkendara yang menjangkau perempuan di berbagai kalangan. Kampanye ini harus menonjolkan pentingnya keselamatan berkendara bagi semua pengguna jalan, tanpa memandang jenis kelamin.
Dengan peningkatan kualitas pelatihan dan kampanye kesadaran yang efektif, diharapkan stigma negatif terhadap perempuan sebagai pengendara dapat dikurangi dan keselamatan di jalan raya dapat ditingkatkan secara signifikan.
Faktor Lain yang Mempengaruhi Kemampuan Berkendara
Selain kurangnya pelatihan, faktor lain juga dapat mempengaruhi kemampuan berkendara seseorang, termasuk perempuan. Faktor ini antara lain kondisi kesehatan fisik dan mental, pengalaman berkendara, dan jenis kendaraan yang dikendarai.
Oleh karena itu, peningkatan keselamatan berkendara tidak hanya fokus pada pelatihan teknik berkendara, tetapi juga memperhatikan faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap kemampuan dan keselamatan pengendara.
Penting untuk menciptakan lingkungan berkendara yang aman dan nyaman bagi semua orang, tanpa memandang jenis kelamin atau faktor lainnya.
