Harga jual kembali mobil listrik di Indonesia tengah menjadi sorotan. National Battery Research Institute mengungkapkan penurunan signifikan yang disebabkan oleh komponen baterai. Hal ini menimbulkan pertanyaan bagi konsumen dan industri otomotif.
Penurunan harga jual kembali mobil listrik ini ternyata cukup drastis. Beberapa model mengalami penurunan harga hingga ratusan juta rupiah hanya dalam waktu satu tahun.
Degradasi Baterai: Biang Keladi Penurunan Harga Jual Kembali
Menurut Evvy Kartini, Founder National Battery Research Institute, penurunan performa baterai dari tahun ke tahun menjadi faktor utama. Baterai merupakan komponen termahal dalam mobil listrik, mencapai 40-50% dari total harga jual.
Seiring pemakaian, kapasitas baterai mobil listrik akan menurun. Hal ini berdampak pada jangkauan kendaraan dan menjadi pertimbangan utama calon pembeli mobil bekas.
Oleh karena itu, masa pakai baterai menjadi faktor penting dalam menentukan harga jual kembali. Semakin pendek masa pakai yang tersisa, semakin rendah harga jualnya.
Kondisi ini mendorong beberapa produsen untuk menerapkan sistem sewa baterai. Dengan sistem ini, konsumen tidak perlu menanggung biaya penggantian baterai yang mahal.
Tanggapan Produsen: Prioritas Layanan dan Garansi
Martina Danuningrat, Strategy & Marketing Director GWM Indonesia, menyatakan bahwa produsen tidak dapat menjamin harga jual kembali mobil listrik akan tetap stabil. Perusahaan hanya bisa memberikan produk dan layanan terbaik kepada konsumen.
GWM Indonesia baru saja meluncurkan mobil listrik Ora 03 seharga Rp 370 juta (on the road Jakarta). Sebagai jaminan kualitas, GWM memberikan garansi selama 8 tahun atau 200.000 km.
Meskipun demikian, kesadaran konsumen mengenai penurunan harga jual kembali mobil listrik perlu ditingkatkan. Pengalaman berkendara dengan mobil listrik tetap menjadi prioritas utama.
Contoh Kasus Penurunan Harga Mobil Listrik Bekas
Data pasar kendaraan bekas menunjukkan penurunan harga yang signifikan pada beberapa model mobil listrik. BYD Seal Premium dan Seal Performance AWD misalnya, mengalami penurunan harga hingga Rp 200 juta setelah satu tahun peluncuran.
Model Hyundai Ioniq 5 Signature Long Range yang semula dibanderol Rp 844 juta, kini ditawarkan di kisaran Rp 465 juta hingga Rp 550 juta di pasar mobil bekas. Ini untuk mobil yang berumur sekitar dua tahun.
Chery J6 juga mengalami penurunan serupa. Mobil yang semula dihargai Rp 505 juta, kini bisa didapatkan sekitar Rp 450 juta di pasar mobil bekas. Ini menunjukkan tren penurunan harga yang cukup umum di segmen mobil listrik.
Tren penurunan harga ini perlu menjadi pertimbangan bagi calon pembeli mobil listrik. Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi harga jual kembali sangat penting agar konsumen dapat membuat keputusan yang tepat.
Ke depannya, perkembangan teknologi baterai dan kebijakan pemerintah diharapkan dapat mengurangi dampak penurunan harga jual kembali mobil listrik ini. Peningkatan infrastruktur pengisian daya dan program daur ulang baterai juga berperan penting.
Secara keseluruhan, investasi di mobil listrik tetap menjanjikan dengan pertimbangan faktor-faktor di atas. Namun, memahami risiko penurunan harga jual kembali adalah kunci untuk pengambilan keputusan yang bijaksana.