Nissan tengah menghadapi pergolakan besar di jajaran kepemimpinannya. Rapat direksi yang akan digelar Selasa, 11 Maret 2025, akan menentukan pengganti Makoto Uchida sebagai CEO dan Presiden Direktur. Uchida dianggap sebagai penyebab utama kegagalan negosiasi merger dengan Honda.
Kegagalan merger tersebut menimbulkan krisis besar bagi Nissan, yang berpotensi mengancam posisi perusahaan sebagai salah satu produsen mobil terbesar di Jepang. Uchida dikabarkan akan didepak karena ketidaksepakatannya dengan Honda selama proses negosiasi, termasuk usulan dari Honda untuk menjadikan Nissan sebagai anak perusahaan.
Kandidat Pengganti CEO Nissan
Sumber anonim dari Reuters menyebutkan tiga kandidat kuat untuk menggantikan Uchida. Ketiganya adalah petinggi internal Nissan yang berpengalaman di bidangnya masing-masing. Mereka adalah Jeremie Papin (Chief Financial Officer), Ivan Espinosa (Chief Planning Officer), dan Guullaume Cartier (Chief Performance Officer).
Penting untuk dicatat bahwa CEO pengganti ini hanya akan menjabat sementara. Tugas utamanya adalah memimpin proses transisi dan stabilisasi perusahaan di tengah krisis yang tengah melanda. Proses seleksi dan penunjukan CEO permanen akan dilakukan setelah masa transisi ini berakhir.
Kegagalan Merger dengan Honda dan Implikasinya
Negosiasi merger antara Nissan dan Honda yang terjadi pada Februari 2025, sempat menciptakan harapan besar akan terbentuknya pabrikan otomotif terbesar di Jepang, mengalahkan Toyota. Namun, negosiasi tersebut kandas karena perbedaan pandangan mendasar antara kedua perusahaan.
Honda disebut-sebut mengajukan syarat agar Nissan menjadi anak perusahaannya. Syarat ini mendapat penolakan dari pihak Nissan, dan hal inilah yang akhirnya menyebabkan kegagalan negosiasi. Honda bahkan menyatakan kesediaannya untuk kembali bernegosiasi hanya jika Uchida mundur dari posisinya.
Potensi Kolaborasi dengan Foxconn
Di tengah ketidakpastian ini, muncul spekulasi mengenai potensi kolaborasi antara Nissan dan Foxconn, raksasa teknologi asal Taiwan yang tengah mengembangkan bisnis otomotifnya. Kolaborasi ini bisa menjadi jalan keluar bagi Nissan untuk menghadapi tantangan ke depan.
Keterkaitan antara Nissan dan Foxconn cukup menarik. Jun Seki, mantan eksekutif Nissan yang pernah menjadi kandidat CEO sebelum Uchida, kini memimpin divisi otomotif Foxconn. Potensi kolaborasi ini tentu akan menarik perhatian banyak pihak, mengingat pengalaman dan jaringan yang dimiliki Seki di Nissan.
Analisis Situasi dan Prospek Ke Depan
Situasi yang dihadapi Nissan saat ini cukup kompleks dan penuh tantangan. Penggantian CEO merupakan langkah penting, namun bukan satu-satunya solusi. Nissan perlu melakukan evaluasi menyeluruh terhadap strategi bisnisnya dan memperkuat fondasi perusahaan agar dapat bersaing di industri otomotif yang semakin kompetitif.
Kolaborasi dengan Foxconn bisa menjadi opsi strategis, namun perlu dikaji secara matang mengenai implikasinya terhadap kemandirian dan kekuasaan Nissan. Masa depan Nissan kini berada di ujung tanduk, dan keputusan yang diambil dalam beberapa bulan ke depan akan sangat menentukan keberlangsungan perusahaan ini.
Kepemimpinan interim yang akan segera dipilih harus mampu membawa Nissan melewati masa krisis ini dengan bijak, mencari solusi terbaik, dan memastikan perusahaan tetap dapat bersaing di pasar global yang dinamis.