Keberadaan mobil Esemka, yang pernah diklaim telah dipesan ribuan unit, kembali menjadi perbincangan hangat di media sosial. Sebuah iklan Esemka tahun 2012 yang viral kembali mengundang berbagai reaksi dari netizen. Video tersebut menunjukkan mobil Esemka Rajawali, sebuah SUV dengan mesin 1.500 cc yang diklaim memiliki tenaga 103 HP dan torsi 145 Nm.
Video tersebut, yang telah ditonton ratusan ribu kali dan dikomentari lebih dari 900 pengguna, menampilkan mantan Presiden Jokowi yang kala itu menjabat sebagai Wali Kota Surakarta. Kehadiran Esemka dalam iklan tersebut, yang juga menampilkan dukungan dari Prabowo Subianto, menimbulkan spekulasi mengenai peran mobil ini dalam perjalanan karir politik Jokowi.
Unggahan di media sosial berisi komentar seperti, “Sampai sangat langka untuk melihat mobil ini sekarang karena julukannya mobil gaib,” mencerminkan persepsi publik mengenai kelangkaan mobil Esemka di jalan raya. Iklan tersebut juga menampilkan kalimat, “Berawal dari kreativitas, dengan semangat pengabdian, dan kerja keras, lahirlah mobil kebanggaan Indonesia. Dari Solo, untuk Indonesia,” yang menunjukkan ambisi besar di balik proyek mobil nasional ini.
Sejarah dan Perkembangan Esemka
Esemka, yang memiliki beberapa prototipe seperti Rajawali, Rajawali R2, dan Digdaya I, sempat menjanjikan produksi massal yang besar. Klaim ribuan pemesanan pada produksi awal menimbulkan pertanyaan mengapa mobil ini jarang terlihat di jalanan saat ini. Video yang memperlihatkan pabrik Esemka di Jawa Tengah yang tampak sepi semakin memperkuat keraguan publik.
Setelah berbagai prototipe yang dianggap cukup menjanjikan, Esemka akhirnya meluncurkan produk komersial berupa Esemka Bima 1.200 cc dan Bima 1.300 cc. Namun, keberadaan dan popularitas model-model ini masih jauh dari ekspektasi awal.
Analisis dan Spekulasi
Banyak yang menilai bahwa Esemka pada awalnya lebih berperan sebagai kendaraan politik daripada sebagai proyek otomotif yang sukses secara komersial. Iklan tahun 2012 yang menampilkan baik Jokowi maupun Prabowo, membuat kaitan politik menjadi sangat jelas. Penggunaan Esemka dalam kampanye politik membuat mobil ini terkait erat dengan citra kedua figur politik tersebut.
Kegagalan Esemka untuk mencapai produksi massal dan penetrasi pasar yang signifikan mungkin disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk kualitas produk, strategi pemasaran, dan persaingan ketat di industri otomotif Indonesia. Kurangnya transparansi mengenai proses produksi dan teknologi yang digunakan juga dapat memperkuat persepsi negatif publik.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kegagalan Esemka:
Kesimpulannya, kisah Esemka menjadi contoh menarik bagaimana proyek mobil nasional dapat terhambat oleh berbagai faktor, baik teknis maupun politis. Meskipun memiliki potensi awal yang cukup menjanjikan, kegagalan Esemka untuk mencapai tujuannya memberikan pelajaran berharga bagi pengembangan industri otomotif di Indonesia ke depannya. Transparansi, strategi yang terukur, dan fokus pada kualitas produk menjadi kunci sukses bagi proyek-proyek serupa di masa mendatang.
Unggahan video yang viral tersebut diakhiri dengan pernyataan Prabowo, “Saya Prabowo Subianto, turut bangga atas karya bangsa,” yang kemudian diedit dengan tambahan teriakan “Hidup Jokowi”. Kontras antara pernyataan dukungan dan realita keberadaan Esemka di jalan raya, menunjukkan kompleksitas kisah di balik mobil ini.