Penjualan mobil di Indonesia menunjukkan tren stagnan bahkan cenderung menurun pada tahun 2025 dibandingkan tahun 2024. Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mengungkapkan beberapa faktor penyebabnya. Kondisi ekonomi masyarakat yang belum sepenuhnya pulih menjadi salah satu penyebab utama penurunan penjualan.
Ketua I Gaikindo, Jongkie D Sugiarto, menyatakan bahwa daya beli masyarakat yang lemah menjadi hambatan utama. Strategi penurunan harga yang diterapkan sejumlah pabrikan dinilai belum cukup efektif untuk mendongkrak penjualan. “Memang daya beli yang sedang tidak baik, jadi penjualan sulit naik,” ujar Jongkie melalui pesan singkat, Kamis (10/7).
Data Gaikindo menunjukkan penurunan signifikan pada penjualan retail (langsung ke konsumen) dan wholesales (dari pabrik ke dealer) selama periode Januari-Juni 2025. Penjualan retail mencapai 390.467 unit, turun 9,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, penjualan wholesales menyusut 8,6 persen menjadi 374.740 unit.
Penurunan lebih drastis terlihat pada bulan Juni 2025. Penjualan retail hanya mencapai 61.647 unit, turun dibandingkan Juni 2024 yang mencapai 70.290 unit. Penjualan wholesales pun mengalami penurunan tajam sebesar 22,6 persen, dari 74.618 unit pada Juni 2024 menjadi 57.760 unit pada Juni 2025.
Faktor-faktor Penurunan Penjualan Mobil di Indonesia
Beberapa faktor berkontribusi terhadap penurunan penjualan mobil di Indonesia. Selain daya beli masyarakat yang menurun, faktor-faktor lain juga perlu dipertimbangkan.
Pelemahan Ekonomi Kelas Menengah
Yannes Pasaribu, pengamat otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB), menjelaskan bahwa pelemahan ekonomi kelas menengah menjadi faktor kunci. Kelas menengah selama ini menjadi tulang punggung penjualan mobil di Indonesia.
Inflasi yang tinggi, biaya hidup yang meningkat, dan ketidakpastian ekonomi makro telah menekan daya beli kelas menengah. Kondisi ini membuat konsumen kelas menengah lebih berhati-hati dalam pengeluaran, termasuk pembelian mobil baru.
“Intinya, saat ini, melemahnya kemampuan belanja kelompok kelas menengah, bahkan menyusutnya jumlah pembeli di segmen ini, disebabkan oleh tekanan inflasi, tingginya biaya hidup, serta ketidakpastian kondisi ekonomi makro, sehingga semakin mempersempit pasar potensial yang tersedia,” jelas Yannes.
Kebijakan Pemerintah
Potensial juga terdapat dampak dari kebijakan pemerintah, seperti perubahan pajak dan regulasi terkait kendaraan bermotor. Kebijakan ini dapat mempengaruhi harga jual mobil dan daya beli konsumen. Perlu analisis lebih lanjut terkait dampak spesifik kebijakan pemerintah terhadap penurunan penjualan.
Faktor Lainnya
Selain faktor ekonomi makro dan kebijakan pemerintah, faktor-faktor lain seperti tren kendaraan listrik yang masih belum masif dan persaingan antar merek juga bisa menjadi pertimbangan. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengkaji kontribusi masing-masing faktor.
Upaya Gaikindo untuk Meningkatkan Penjualan
Gaikindo berharap pameran Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2025 dapat membantu meningkatkan penjualan mobil. Peluncuran model baru dan berbagai promo diharapkan dapat menarik minat konsumen untuk membeli mobil.
“Mungkin dengan pameran dan peluncuran merk atau model baru, calon pembeli bisa cepat mengambil keputusan untuk membeli,” harap Jongkie.
Kesimpulannya, penurunan penjualan mobil di Indonesia merupakan fenomena kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, terutama melemahnya daya beli kelas menengah akibat tekanan ekonomi. Strategi peningkatan penjualan perlu mempertimbangkan faktor-faktor tersebut secara komprehensif, bukan hanya sebatas penurunan harga.
Untuk mengatasi hal ini, diperlukan strategi yang lebih terintegrasi, meliputi upaya peningkatan daya beli masyarakat, penyesuaian strategi pemasaran yang lebih tepat sasaran, dan mempertimbangkan faktor-faktor lain seperti tren pasar dan inovasi teknologi otomotif.