Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengungkapkan sebuah operasi militer rahasia yang dilakukan tahun lalu. Operasi ini melibatkan pencegatan pesawat-pesawat Iran yang menuju Suriah.
Tujuannya, menurut Netanyahu, adalah untuk mencegah pengiriman pasukan Iran yang hendak membantu mantan Presiden Bashar al-Assad yang kala itu berada di ambang kekuasaan.
Operasi Pencegatan Pesawat Iran Menuju Suriah
Netanyahu menyampaikan pengakuan mengejutkan ini dalam konferensi Jewish News Syndicate pada Minggu, 27 April 2025. Ia menjelaskan bahwa Israel mengerahkan sejumlah pesawat tempur untuk mencegat pesawat-pesawat Iran yang terbang menuju Damaskus.
Tujuan utama operasi ini adalah untuk mencegah intervensi militer Iran yang dapat menyelamatkan rezim Assad yang saat itu sedang menghadapi pemberontakan besar-besaran.
Assad sendiri lengser dari kekuasaannya pada Desember 2024 setelah pasukan pemberontak berhasil menyerbu Damaskus.
Latar Belakang Intervensi yang Dihalangi
Netanyahu menjelaskan bahwa Iran berniat mengirimkan pasukan untuk membantu Assad setelah mengalami kerugian besar di Lebanon. Kerugian tersebut diderita oleh Hizbullah, kelompok milisi yang didukung Iran.
Ia menyebut Iran ingin mengirimkan “satu atau dua divisi udara” untuk mendukung Assad. Namun, tindakan Israel berhasil mencegahnya.
Netanyahu mengklaim bahwa pesawat-pesawat Iran tersebut dipaksa berbalik arah setelah dihadang oleh jet tempur Israel.
Peran Hizbullah dalam Konflik Suriah
Hizbullah, kelompok milisi yang berbasis di Lebanon dan didukung Iran, memainkan peran penting dalam konflik Suriah. Kelompok ini telah memberikan dukungan militer kepada rezim Assad sejak awal konflik.
Kerugian besar yang dialami Hizbullah dalam pertempuran dengan Israel menjadi faktor pendorong Iran untuk mencoba dan menyelamatkan rezim Assad.
Konsekuensi dan Dampak Operasi Rahasia
Netanyahu tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai operasi pencegatan tersebut. Ia hanya menegaskan bahwa Israel berhasil mencegah pengiriman pasukan Iran ke Suriah.
Namun, pengakuan Netanyahu ini memberikan gambaran baru tentang peran Israel dalam konflik Suriah dan upaya-upaya untuk membendung pengaruh Iran di kawasan tersebut.
Pengakuan ini juga menimbulkan pertanyaan mengenai skala operasi dan risiko yang terlibat dalam misi tersebut.
Selain operasi pencegatan, Netanyahu juga mengungkapkan keterlibatan Israel dalam serangan bom terhadap ratusan pager dan walkie-talkie milik Hizbullah pada musim gugur tahun lalu. Serangan ini dilakukan setelah terdeteksi adanya kecurigaan dari Hizbullah dan pengiriman beberapa perangkat ke Iran untuk diuji.
Serangan tersebut, menurut Netanyahu, berhasil melemahkan Hizbullah dan berkontribusi pada kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah pada November tahun lalu. Meskipun demikian, pasukan Israel masih tetap berada di beberapa bagian wilayah Lebanon selatan.
Pernyataan Netanyahu memberikan wawasan yang lebih dalam mengenai strategi dan tindakan Israel dalam menghadapi ancaman regional yang kompleks. Meskipun banyak detail masih dirahasiakan, pengakuan ini menyingkapkan dinamika geopolitik yang rumit dan pertaruhan tinggi yang terlibat dalam konflik Suriah.
Keberhasilan pencegatan tersebut menunjukkan kemampuan militer Israel dan tekadnya untuk membatasi pengaruh Iran di Timur Tengah. Namun, hal ini juga bisa memicu ketegangan lebih lanjut di kawasan tersebut.